Solusi Penanganan Sampah Organik yang Menguntungkan

Pengolahan limbah sampah merupakan salah satu tantangan besar yang dihadapi masyarakat modern. Pertumbuhan populasi, urbanisasi, dan pola konsumsi khusus nya limbah sampah pada rumah sakit paru provinsi jawa barat yang terus meningkat menghasilkan limbah dalam jumlah besar. Salah satu metode inovatif dan ramah lingkungan dalam pengolahan limbah organik adalah menggunakan maggot atau larva lalat Black Soldier Fly (BSF). Pendekatan ini sejalan dengan prinsip pengelolaan sampah yang diatur dalam Undang-Undang No. 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah.

Dalam sebuah diskusi internal di Rumah Sakit Paru Provinsi Jawa Barat, direktur rumah sakit, dr. Hadri Pramono, MARS, menekankan pentingnya pemanfaatan teknologi ramah lingkungan seperti maggot untuk mengatasi limbah organik sekaligus mendukung keberlanjutan lingkungan.

Apa itu Maggot BSF?

Maggot merupakan larva dari jenis lalat Black Soldier Fly (BSF) sehingga sering disebut maggot BSF. Lalat BSF sendiri memiliki nama latin Hermetia illucens. Bentuknya mirip ulat, berbuku dengan ukuran larva dewasa 15-22 mm dan berwarna coklat. Siklus hidup lalat BSF kurang lebih selama 40-43 hari. Larva/maggot BSF bertahan selama 14-18 hari sebelum bermetamorfosis menjadi pupa dan lalat dewasa. Berbeda dengan jenis lalat pada umumnya seperti lalat rumah dan lalat hijau yang dicap sebagai agen penyakit, lalat BSF ini tidak menimbulkan bau busuk dan bukan pembawa sumber penyakit karena dalam tubuh BSF mengandung zat antibiotik alami. Lalat hijau biasanya hinggap di tempat yang kotor, namun lalat BSF ini hanya hinggap di tempat yang berbahan fermentasi.

Manfaat dan Produk Turunan BSF

Maggot BSF dimanfaatkan dan dijual dalam bentuk maggot segar, maggot kering, telur dari lalat BSF dan produk turunannya seperti tepung maggot, pellet magot, prebiotik serta pupuk organik. Maggot mengandung protein tinggi yaitu sekitar 30-45% sehingga sangat cocok dimanfaatkan sebagai pakan ternak seperti ikan, burung dan hewan ternak lainnya. Pupuk organik sebagai produk turunan dari
maggot berfungsi sebagai kondisioner tanah atau untuk revitalisasi.

Budidaya

Budidaya maggot termasuk mudah dilakukan dan tidak memerlukan teknik khusus sehingga semua orang bisa melakukannya. Biaya yang dikeluarkan juga cukup murah dan perawatannya tidak menyita waktu karena tidak perlu dikontrol setiap hari. Selain itu, biaya pakan juga gratis dari limbah organik rumah tangga. budidaya maggot dimulai dengan pupa dan masa panen magot segar sekitar 15 hari. Budidaya maggot dapat dilakukan dengan skala kecil dan menengah. Berikut beberapa hal yang dilakukan dalam budidaya maggot BSF, langkah awal adalah membuat kandang lalat kandang ini berfungsi tempat lalat BSF bertelur, lalu membuat kotak penetasan telur yang kemudian akan berkembang menjadi larva maggot BSF, lalu menyiapkan biopond media untuk pembesaran larva disebut biopond yang dapat terbuat dari kayu atau bak plastik. pemberian pakan sampah organik pakan maggot BSF adalah sampah organic rumah tangga berupa sisa-sisa makanan.

Pemanfaatan maggot dalam pengelolaan limbah organik di Rumah Sakit Paru Provinsi Jawa Barat adalah langkah strategis yang sejalan dengan UU No. 18 Tahun 2008 tentang Pengelolaan Sampah. Melalui arahan dari dr. Hadri Pramono, MARS, rumah sakit dapat menjadi pelopor dalam pengelolaan limbah secara mandiri dan ramah lingkungan. Implementasi teknologi maggot tidak hanya membantu mengurangi beban limbah, tetapi juga mendukung keberlanjutan lingkungan dan menciptakan nilai tambah bagi masyarakat. Dengan kolaborasi yang baik, pendekatan ini dapat menjadi model pengelolaan limbah organik yang sukses di sektor kesehatan.